Rabu, 22 September 2010

Diskusi II


ISLAMISASI PENGETAHUAN: PELUANG DAN TANTANGAN

Oleh : Fahmi Islam Jiwanto, MA (Perwakilan PPI Maroko)

(Rabat, 18/9)
Dalam presentasi yang bertema Islamisasi Pengetahuan: Peluang dan Tantangan, Fahmi Islam Jiwanto memaparkan distorsi fakta sejarah oleh Barat. Menurut lmuwan sejarah Barat, peletakan dasar ilmu pengetahuan diawali dengan peradaban Yunani, yang kemudian berlanjut kepada masa kegelapan (Dark Ages) sebelum akhirnya bangkit ditandai dengan Revolusi Perancis (Renaissance).

Presentator menyatakan bahwa sesungguhnya pada masa kegelapan tersebut, Islam dan Muslimin sedang berada pada puncak masa keemasannya (Golden Ages). Peradaban Islam di masa keemasan ini dibangun dari ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh kaum Muslimin dengan mengembangkan teori-teori yang mereka serap dari tiga peradaban; Yunani, Babilonia dan India.
Ilmuwan-ilmuwan Muslim saat itu sedang maju-majunya dengan segala inovasi dan kreasi yang mutakhir pada masanya, jauh meninggalkan peradaban Barat, dalam hal ini Romawi. 

Hal inilah yang enggan diakui bahkan ditutup-tutupi oleh para sejarawan Barat. Manakala mereka telah berhasil menduduki Al-Quds dan menguasai naskah-naskah Islam yang berharga tersebut, otoritas gereja memerintahkan untuk mengalihbahasakan karya-karya tersebut tanpa menyebut pengarang aslinya, dan naskah-naskah asli karya para ilmuwan Islam tersebut disembunyikan.

Kemampuan dan keberhasilan para ilmuwan Muslim dalam pengembangan ilmu terapan yang produktif dan kreatif itu dilandasi oleh aqidah, penguasaan syari’ah dan keyakinan bahwa Islam mampu untuk jaya.

Mengutip teori Al-Faruqi dalam presentasinya tentang Islamisasi ilmu pengetahuan saat ini, langkah-langkah yang diperlukan adalah, pertama dengan penguasaan disiplin ilmu modern, dilanjutkan dengan penguasaan khazanah warisan Islam, lalu dengan membangun relevensi dan memadukan antara nilai-nilai dalam khazanah keislaman dan ilmu modern secara kreatif. Semua langkah ini, menurut al-Faruqi, bermuara pada pengarahan aliran pemikiran Islami dalam semua aspek yang disentuhnya.

Beberapa ilmuan Muslim melakukan otokritik atas teori al-Faruqi ini, di mana langkah pertama yang seharusnya dilakukan menurut mereka adalah penguasaan khazanah warisan keilmuan Islam sebelum menguasai cabang-cabang dan disiplin ilmu modern.

Perdebatan seputar Islamisasi ilmu pengetahuan sebenarnya tidaklah lebih rumit dari perdebatan tentang hakekat Islam dan hakekat ilmu pengetahuan itu sendiri. Semakin dangkal pemahaman tentang makna dan hakekat Islam, semakin sulit ide meng-Islamisasi apa pun. Semakin absurd penguasaan dan penghayatan tentang makna dan hakekat Ilmu Pengetahuan, semakin jauh ide islamisasi dari kedalaman dan keakuratan ilmiyah yang seharusnya.

Ide Islamisasi Ilmu Pengetahuan penting untuk didukung, dengan catatan tetap memperhatikan akurasi prinsip-prinsip ilmiyah. (Media Konf-7)

0 comments:

Posting Komentar