Rabu, 22 September 2010

Diskusi VI


DISKRIMINASI PEREMPUAN: KAJIAN LITERAL

Oleh: Dr. Maryam Ait Ahmad (Guru Besar Sejarah Trilogi Agama Univ. Ibn Tofail Kenitra - Maroko)

(Rabat, 20/9)
Pada awal presentasinya, Dr. Maryam Ait Ahmad memaparkan fakta tentang hak-hak perempuan dalam literatul Islam. Menurutnya bahwa posisi perempuan dalam Islam jika dibandingkan dengan realita wanita era sekarang sangatlah berbeda jauh. Apa yang dihadapi perempuan sekarang ini merupakan efek dari ketidakmampuan atau kekurangan masyarakat Muslim saat ini dalam memahami agamanya secara benar dan mendalam.

Islam pada hakekatnya menghormati perempuan dan menempatkannya pada posisi yang tinggi dan layak. Perempuan menurut Islam memiliki hak dan kewajiban dalam memakmurkan bumi.
Berbicara tentang perempuan dan posisinya harus dipandang dari kondisi dan realita yang dihadapi perempuan dalam kesehariannya. Sudahkah perempuan di dunia Islam sampai kepada posisi maksimal? Kasus-kasus di mana perempuan tidak memperoleh hak waris dan menderita penindasan masih dapat ditemukan di beberapa bagian dari dunia Islam saat ini.  Dan hal ini bertolak belakang dengan Al-Qur’an, yang sesungguhnya bersumber dari pemahaman keliru atas nilai dan ajaran Islam.

Umat Islam perlu mempelajari dan menggali sejarah masa kejayaan Islam yang menyuguhkan keberhasilan dan kepioneran perempuan pada masanya. Berangkat dari situ, diharapkan umat Islam dapat menemukan metode dan pola perbaikan aplikatif atas situasi dan kondisi perempuan saat ini.

Pemakalah kemudian membandingkan kondisi riil perempuan dalam Islam saat ini dengan perempuan dalam budaya Barat. Perancis, sebagai contoh, memang menekankan pentingnya perempuan bahkan yang berada di pedalaman-pedalaman untuk menutut ilmu. Namun pada saat yang sama mereka juga melarang perempuan mendapatkan hak pribadinya seperti hak untuk memakai hijab bagi para Muslimat di sana saat bekerja/sekolah.

Padahal hal ini sangat bertentangan dengan apa yang digaung-gaungkan di Perancis sebagai pembebasan perempuan dalam memiliki haknya secara bebas dan penuh. Di antara tantangan utama perempuan untuk mendapatkan posisi yang ideal dan maksimal saat ini adalah kebodohan (minimnya wawasan keislaman dan ilmu pengetahuan.

Pengembangan dan pemberdayaan perempuan seyogyanya dimulai dari diri perempuan itu sendiri. Dengan mengubah kecenderungan dan kebiasaan yang tidak baik kearah yang baik.
Dalam mengarahkan dan memajukan masa depan pembangunan perempuan, tiga komponen ini sangat berperan penting, yaitu agama (pemahaman yang benar), politik (tidak mempolitisir permpuan) dan media pers (dengan tidak mengeksploitasi perempuan dengan pencitraan yang menyimpang). (Media Konf-7)

Diskusi V


KONSOLIDASI DEMOKRASI DAN MASA DEPAN POLITIK INDONESIA

Oleh: Prof. Dr. Junus Efendi Habibi (Dubes RI untuk Belanda)

(Rabat, 20/9)
Orasi ilmiah yang bertemakan Konsolidasi Demokrasi dan Masa Depan Politik Indonesia ini disampaikan oleh Junus Efendi Habibi, Duta Besar R.I. untuk Kerajaan Belanda.

Pada prolog sesi ini, beliau menyatakan bahwa orasi ini akan menggunakan pendekatan dialog dari hati ke hati, dan berdasarkan kepada pengalaman-pengalaman kehidupan pribadinya.
Menurutnya, momentum pelaksanaan konferensi ini sangatlah tepat, sejalan dengan perayaan ulang tahun hubungan 50 tahun hubungan diplomasi Indonesia-Maroko.

Beliau melanjutkan, bahwa sejarah semangat pembangunan nasional Indonesia sudah dimiliki oleh para pelajar Indonesia sejak dini, bahkan para pelajar setingkat SMA sudah memiliki semangat itu. Boedi Oetomo merupakan tokoh sampel yang sangat tepat, dilanjutkan dengan peristiwa Sumpah Pemuda pada tahun 1928 yang bersejarah itu.

Demokrasi, lanjutnya, berasal dari kata Yunani (demos dan cratos). Makna dan tujuan politik adalah cara berkuasa. Namun kekuasaan yang diraih tersebut tidak lain untuk kepentingan rakyat umum.
Sejarah perjalanan demokrasi Indonesia bermula dari Bung sukarno sejak tahun 1945. Awal kemerdekaan Indonesia merupakan tanda awal bergulirnya kehidupan demokrasi bangsa ini.
Lalu pada era tahun 50-an Indonesia mulai memasuki era demokratis di awal periode tumbuh dan berkembang. Revolusi demokrasi yang dimotori oleh para pemuda Indonesia di kala itu mengadopsi demokrasi liberal yang stagnan dan terbukt gagal diserap dan diterapkan oleh bangsa ini.

Indonesia kemudian measuki era demokrasi terpimpin pada tahun 1966 yang sama-sama mengalami kegagalan. Petualangan demokrasi Indonesia berlanjut pada demokrasi orde baru pada tahun 1998. Demokrasi reformasi pada masa ini belum sempurna, dengan kata lain masih harus diperbaiki. Bangsa Indonesia bisa mengambil pelajaran dan sisi positif dari era ini, seraya harus membuang output negative yang dihasilkannya.

Peran mahasiswa dalam kancah politik sangatlah signifikan. Mahasiswa tidak hanya cukup bersuara lantang namun tanpa isi. Mengkritiklah dengan menawarkan solusi (critic and solution).

Terakhir, beliau membuat sebuah kesimpulan bahwa demokrasi di Indonesa merupakan salah satu buah dari reformasi. Demokrasi yang dipadukan dengan politik bersih dan iklas akan membawa perubahan dan kebaikan.
 
Beliau juga berpesan kepada para peserta konferensii untuk selalu bersikap optimis dalam menjalani kehidupan berdemokrasi dan berpolitik. Mahasiswa diharapkan berperan aktif dalam pembangunan Indonesia dengan mencari dan menawarkan solusi permasalahan, bukan dengan membuat permasalahan yang menambah beban masyarakat dan bangsa. (Media Konf-7)

Diskusi IV


مقومات النهضة و الحضارة في التصور الإسلامي
DASAR PIJAKAN KEBANGKITAN DAN PERADABAN MANUSIA MENURUT PERSPEKTIF ISLAM

Pembicara: Dr. Abdussalam Bellaji (Guru Besar Univ. Mohamed V Rabat - Maroko)

(Rabat, 18/9)
Sebagaimana kita ketahui sebuah peradaban itu berawal dari pola pikir manusia. Dan Islam berangkat dari kemaslahatan untuk manusia baik di kala susah atau senang, artinya ajarannya merangkul  segala aspek kehidupan manusia. Juga ada hubungannya dengan kehidupan di dunia dan akhirat kelak.

Kelebihan Islam dari agama samawi lainnya adalah mengajarkan manusia untuk berpikir dan terus berpikir atau bersandar pada sisi-sisi rasionalitas walaupun di sana juga ada sisi-sisi ukhrowi.  inilah yang menjadi perhatian dalam pokok ajaran islam sebagai ajaran yang lurus yang tidak di miliki oleh ajarang-ajaran lain di muka bumi ini yaitu menggabungkan dua sisi : sisi rasional dan sisi spiritual ( Ghoib ).

Ini juga ada hubungannya dengan kebangkitan akal, ruh, dan materi sebagaimana juga pada peradaban yang di dalamnya ada yang berhubungan dengan peradaban akal, ruh, dan materi.
Sebenarnya banyak ayat suci Al-Qur’an  yang mengajak manusia tuk berpikir baik tentang penciptaan alam semesta, juga pada penciptaan dirinya sendiri, salah satu contoh yang di abadikan di dalam Qur’an ada di surat  Al- kahfi ayat ke-7 :


Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya. ( 7 ).