DISKRIMINASI PEREMPUAN: KAJIAN LITERAL
Oleh: Dr. Maryam Ait Ahmad (Guru Besar Sejarah Trilogi Agama Univ. Ibn Tofail Kenitra - Maroko)
(Rabat, 20/9)
Pada awal presentasinya, Dr. Maryam Ait Ahmad memaparkan fakta tentang hak-hak perempuan dalam literatul Islam. Menurutnya bahwa posisi perempuan dalam Islam jika dibandingkan dengan realita wanita era sekarang sangatlah berbeda jauh. Apa yang dihadapi perempuan sekarang ini merupakan efek dari ketidakmampuan atau kekurangan masyarakat Muslim saat ini dalam memahami agamanya secara benar dan mendalam.
Islam pada hakekatnya menghormati perempuan dan menempatkannya pada posisi yang tinggi dan layak. Perempuan menurut Islam memiliki hak dan kewajiban dalam memakmurkan bumi.
Berbicara tentang perempuan dan posisinya harus dipandang dari kondisi dan realita yang dihadapi perempuan dalam kesehariannya. Sudahkah perempuan di dunia Islam sampai kepada posisi maksimal? Kasus-kasus di mana perempuan tidak memperoleh hak waris dan menderita penindasan masih dapat ditemukan di beberapa bagian dari dunia Islam saat ini. Dan hal ini bertolak belakang dengan Al-Qur’an, yang sesungguhnya bersumber dari pemahaman keliru atas nilai dan ajaran Islam.
Umat Islam perlu mempelajari dan menggali sejarah masa kejayaan Islam yang menyuguhkan keberhasilan dan kepioneran perempuan pada masanya. Berangkat dari situ, diharapkan umat Islam dapat menemukan metode dan pola perbaikan aplikatif atas situasi dan kondisi perempuan saat ini.
Pemakalah kemudian membandingkan kondisi riil perempuan dalam Islam saat ini dengan perempuan dalam budaya Barat. Perancis, sebagai contoh, memang menekankan pentingnya perempuan bahkan yang berada di pedalaman-pedalaman untuk menutut ilmu. Namun pada saat yang sama mereka juga melarang perempuan mendapatkan hak pribadinya seperti hak untuk memakai hijab bagi para Muslimat di sana saat bekerja/sekolah.
Padahal hal ini sangat bertentangan dengan apa yang digaung-gaungkan di Perancis sebagai pembebasan perempuan dalam memiliki haknya secara bebas dan penuh. Di antara tantangan utama perempuan untuk mendapatkan posisi yang ideal dan maksimal saat ini adalah kebodohan (minimnya wawasan keislaman dan ilmu pengetahuan.
Pengembangan dan pemberdayaan perempuan seyogyanya dimulai dari diri perempuan itu sendiri. Dengan mengubah kecenderungan dan kebiasaan yang tidak baik kearah yang baik.
Dalam mengarahkan dan memajukan masa depan pembangunan perempuan, tiga komponen ini sangat berperan penting, yaitu agama (pemahaman yang benar), politik (tidak mempolitisir permpuan) dan media pers (dengan tidak mengeksploitasi perempuan dengan pencitraan yang menyimpang). (Media Konf-7)