KONSOLIDASI DEMOKRASI DAN MASA DEPAN POLITIK INDONESIA
Oleh: Prof. Dr. Junus Efendi Habibi (Dubes RI untuk Belanda)
(Rabat, 20/9)
Orasi ilmiah yang bertemakan Konsolidasi Demokrasi dan Masa Depan Politik Indonesia ini disampaikan oleh Junus Efendi Habibi, Duta Besar R.I. untuk Kerajaan Belanda.
Pada prolog sesi ini, beliau menyatakan bahwa orasi ini akan menggunakan pendekatan dialog dari hati ke hati, dan berdasarkan kepada pengalaman-pengalaman kehidupan pribadinya.
Menurutnya, momentum pelaksanaan konferensi ini sangatlah tepat, sejalan dengan perayaan ulang tahun hubungan 50 tahun hubungan diplomasi Indonesia-Maroko.
Beliau melanjutkan, bahwa sejarah semangat pembangunan nasional Indonesia sudah dimiliki oleh para pelajar Indonesia sejak dini, bahkan para pelajar setingkat SMA sudah memiliki semangat itu. Boedi Oetomo merupakan tokoh sampel yang sangat tepat, dilanjutkan dengan peristiwa Sumpah Pemuda pada tahun 1928 yang bersejarah itu.
Demokrasi, lanjutnya, berasal dari kata Yunani (demos dan cratos). Makna dan tujuan politik adalah cara berkuasa. Namun kekuasaan yang diraih tersebut tidak lain untuk kepentingan rakyat umum.
Sejarah perjalanan demokrasi Indonesia bermula dari Bung sukarno sejak tahun 1945. Awal kemerdekaan Indonesia merupakan tanda awal bergulirnya kehidupan demokrasi bangsa ini.
Lalu pada era tahun 50-an Indonesia mulai memasuki era demokratis di awal periode tumbuh dan berkembang. Revolusi demokrasi yang dimotori oleh para pemuda Indonesia di kala itu mengadopsi demokrasi liberal yang stagnan dan terbukt gagal diserap dan diterapkan oleh bangsa ini.
Indonesia kemudian measuki era demokrasi terpimpin pada tahun 1966 yang sama-sama mengalami kegagalan. Petualangan demokrasi Indonesia berlanjut pada demokrasi orde baru pada tahun 1998. Demokrasi reformasi pada masa ini belum sempurna, dengan kata lain masih harus diperbaiki. Bangsa Indonesia bisa mengambil pelajaran dan sisi positif dari era ini, seraya harus membuang output negative yang dihasilkannya.
Peran mahasiswa dalam kancah politik sangatlah signifikan. Mahasiswa tidak hanya cukup bersuara lantang namun tanpa isi. Mengkritiklah dengan menawarkan solusi (critic and solution).
Terakhir, beliau membuat sebuah kesimpulan bahwa demokrasi di Indonesa merupakan salah satu buah dari reformasi. Demokrasi yang dipadukan dengan politik bersih dan iklas akan membawa perubahan dan kebaikan.
Beliau juga berpesan kepada para peserta konferensii untuk selalu bersikap optimis dalam menjalani kehidupan berdemokrasi dan berpolitik. Mahasiswa diharapkan berperan aktif dalam pembangunan Indonesia dengan mencari dan menawarkan solusi permasalahan, bukan dengan membuat permasalahan yang menambah beban masyarakat dan bangsa. (Media Konf-7)
0 comments:
Posting Komentar