مقومات النهضة و الحضارة في التصور الإسلامي
DASAR PIJAKAN KEBANGKITAN DAN PERADABAN MANUSIA MENURUT PERSPEKTIF ISLAM
Pembicara: Dr. Abdussalam Bellaji (Guru Besar Univ. Mohamed V Rabat - Maroko)
(Rabat, 18/9)
Sebagaimana kita ketahui sebuah peradaban itu berawal dari pola pikir manusia. Dan Islam berangkat dari kemaslahatan untuk manusia baik di kala susah atau senang, artinya ajarannya merangkul segala aspek kehidupan manusia. Juga ada hubungannya dengan kehidupan di dunia dan akhirat kelak.
Kelebihan Islam dari agama samawi lainnya adalah mengajarkan manusia untuk berpikir dan terus berpikir atau bersandar pada sisi-sisi rasionalitas walaupun di sana juga ada sisi-sisi ukhrowi. inilah yang menjadi perhatian dalam pokok ajaran islam sebagai ajaran yang lurus yang tidak di miliki oleh ajarang-ajaran lain di muka bumi ini yaitu menggabungkan dua sisi : sisi rasional dan sisi spiritual ( Ghoib ).
Ini juga ada hubungannya dengan kebangkitan akal, ruh, dan materi sebagaimana juga pada peradaban yang di dalamnya ada yang berhubungan dengan peradaban akal, ruh, dan materi.
Sebenarnya banyak ayat suci Al-Qur’an yang mengajak manusia tuk berpikir baik tentang penciptaan alam semesta, juga pada penciptaan dirinya sendiri, salah satu contoh yang di abadikan di dalam Qur’an ada di surat Al- kahfi ayat ke-7 :
Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya. ( 7 ).
Konteksnya adalah menjelaskan tentang perhiasan di bumi yang di dalamnya terdapat manusia sebagai penghuni tetap, di sanalah manusia diajak berpikir tentang makna perhiasan yang ada di dalam bumi, lagi-lagi pikiran kita harus terkuras memikirkan tentang ayat tersebut, pada dasarnya manusia juga bisa di sebut sebagai perhiasan bumi, ditambah lagi perhiasan-perhiasan lain yang manusia ada kecendrungan pada hal tersebut sesuai dengan teks Al-Qur’an di surat Ali-Imran ayat 14 :
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). ( 14 )
Rasulullah sendiri mengisyaratkan kepada kemajuan dalam segala hal termasuk di dalamnya pada perkembangan peradaban dan pemikiran. bukan hanya terfokus pada perkembangan umatnya saja. Tapi ada sisi-sisi prioritas yang lebih penting yaitu kwalitas umat islam itu sendiri ketimbang kuantitasnya.
Allah ta’ala mengajarkan manusia untuk bertauhid melalu para utusannya di muka bumi. Dan tauhid sangat penting di dalam ajaran Islam, selain bertauhid Islam juga membebaskan manusia dalam berpikir, toleran beragama sehingga tercipta masyrakat yang madani. Dan tentunya harus di sertai dengan keimanan yang kuat. Karena iman mempunyai pengaruh yang besar pada peradaban manusia dimana pun dan kapan pun. peradaban islam itu sendiri terlahir dari fitrah yaitu bertuhan kepada yang esa dengan tidak menyekutakannya. ( laa tabdiila li kalimaatillah ).
Pada dasarnya ajaran Islam itu sendiri tidak menolak segala kemajuan, perubahan, dan sesuatu hal yang baru lainnya., akan tetapi yang di tolak adalah sesuatu yang tidak membangun. karena islam berangkat dari akidah yang kuat dan kokoh.
Tentunya kita mengenal salah seorang pemikir seperti Al-Kindi dan sejarawan menempatkannya sebagai filosof Arab pertama yang mempelajari filsafat. Ibnu Al-Nadhim mendudukkan Al-Kindi sebagai salah satu orang termasyhur dalam filsafat alam (natural philosophy). Buku-buku Al-Kindi membahas mengenai berbagai cabang ilmu pengetahuan seperti geometri, aritmatika, astronomi, musik, logika dan filsafat. Ibnu Abi Usai’bia menganggap Al-Kindi sebagai penterjemah terbaik kitab-kitab ilmu kedokteran dari Bahasa Yunani ke dalam Bahasa Arab. Disamping sebagai penterjemah, Al-Kindi menulis juga berbagai makalah. Ibnu Al-Nadhim memperkirakan ada 200 judul makalah yang ditulis Al-Kindi dan sebagian diantaranya tidak dapat dijumpai lagi, karena raib entah kemana. Nama Al-Kindi sangat masyhur di Eropah pada abad pertengahan. Bukunya yang telah disalin ke dalam bahasa Latin di Eropah berjudul De Aspectibus berisi uraian tentang geometri dan ilmu optik, mengacu pada pendapat Euclides, Heron dan Ptolemeus. Salah satu orang yang sangat kagum pada berbagai tulisannya adalag filosof kenamaan Roger Bacon.
Beberapa kalangan beranggapan bahwa Al-Kindi bukanlah seorang filosof sejati. Dr. Ibrahim Madzkour, seorang sarjana filsafat lulusan Perancis yang berasal dari Mesir, beranggapan bahwa Al-Kindi lebih tepat dikategorikan sebagai seorang ilmuwan (terutama ilmu kedokteran, farmasi dan astronomi) daripada seorang filosof. Hanya saja karena Al-Kindi yang pertama kali menyalin kitab Plato dan Aristoteles kedalam Bahasa Arab, maka ia dianggap sebagai orang yang pertama kali memperkenalkan filsafat pada Dunia Islam dan kaum Muslimin.
Meskipun pada beberapa hal Al-Kindi sependapat dengan Aristoteles dan Plato, namun dalam hal-hal tertentu Al-Kindi memiliki pandangan tersendiri. Al-Kindi tidak sependapat dengan Aristoteles yang menyatakan bahwa waktu dan benda adalah kekal. Dan untuk membuktikan hal tersebut Al-Kindi telah menggunakan pendekatan matematika. Al-Kindi tidak sepaham pula dengan Plato dan Aristoteles yang menyatakan bahwa bentuk merupakan sebab dari wujud, serta pendapat Plato yang menyatakan bahwa cita bersifat membiakkan. Menurut Al-Kindi alam semesta ini merupakan sari dari sesuatu yang wujud (ada). Semesta alam ini merupakan kesatuan dari sesuatu yang berbilang, ia juga bukan merupakan sebab wujud.
Sepeninggal Al-Kindi, muncul filosof-filosof Islam kenamaan yang terus mengembangkan filsafat. Filosof-filosof itu diantaranya adalah : Al-Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Rushd, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh dan Muhamad Iqbal. Mereka semua punya sumbangan tersendiri terhadap dunia pemikiran .
Uraian diatas menunjukkan kepada kita betapa besar sumbangan peradaban Islam terhadap pengembangan filsafat dan ilmu pengetahuan, yang kita kenal sekarang. Meskipun sampai saat ini masih terdapat kecenderungan untuk menafikan pengaruh peradaban Islam terhadap perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan.
Semangat para filosof dan ilmuwan Islam untuk mengembangkan ilmu pengetahuan tidak lepas dari semangat ajaran Islam, yang menganjurkan para pemeluknya belajar segala hal, sebagaimana perintah Allah SWT dalam Al Qur’an dan hadits Nabi Muhammad SAW.
Dengan demikian filsafat mencakup seluruh benda dan semua yang hidup yakni pengetahuan terhadap sebab-sebab yang jauh yang tidak perlu lagi dicari sesudahnya. Filsafat berusaha untuk menafsirkan hidup itu sendiri yang menjadi sebab pokok bagi partikel-partikel itu beserta fungsi-fungsinya. Cakupan filsafat Islam tidak jauh berbeda dari objek filsafat ini. Hanya dalam proses pencarian itu Filsafat Islam telah diwarnai oleh nilai-nilai yang Islami. Kebebasan pola pikirannya pun digantungkan nilai etis yakni sebuah ketergantungan yang didasarkan pada kebenaran ajaran ialah Islam. (Media Konf-7)
0 comments:
Posting Komentar